Telah Terbit Buku Muhammadiyah itu Sufi | Brilly El-Rasheed | 0859-2478-5142
Islam mahjub (tertutup) oleh umat Islam sendiri. Muhammadiyah bisa jadi tertutup oleh warganya sendiri, sebagaimana ormas Islam lainnya, termasuk madzhab, tarekat, madrasah, tanzhim, harakah. Fakta bahwa K. H. Achmad Dachlan menimba ilmu bersanad kepada para ulama tasawuf tidak terbantahkan. Salah satunya, disampaikan oleh Prof. Dr. H. Ahmad Najib Burhani, ““Nama Ahmad Dahlan itu diberikan oleh Sayyid Bakri Syatha, salah satu Mufti yang ada di Mekkah,…. Jadi nama Ahmad Dahlan itu sebetulnya adalah nama seorang Mufti paling terkenal di Mekkah sana, nama lengkapnya Ahmad Zaini Dahlan… Yang kemudian dia (Sayyid Syatha) merasa bahwa Muhammad Darwis ini akan menjadi sosok yang bisa jadi lebih atau mirip dengan Ahmad Zaini Dahlan di dalam hal keagamaan, di dalam hal penguasaan ilmu-ilmu keagamaan.”
Sebelumnya, pernah terbit buku Muhammadiyah itu NU, kali ini, buku Muhammadiyah itu Sufi menyajikan data-data faktual bagaimana K. H. Achmad Dachlan menggariskan ajaran-ajaran tasawuf melalui Muhammadiyah yang terkonfirmasi melalui narasi-narasi para cendekiawan Muhammadiyah modern. Buku ini ditulis atas temuan-temuan berbalut dugaan atas tertutupnya sebagian kecil kultur agama K. H. Achmad Dachlan. Melalui buku ini, tidak hanya warga Muhammadiyah, siapapun muslim lintas ormas, madzhab, tarekat, bahkan agama akan tercerahkan terkait diskursus tasawuf dan tarekat yang sampai hari ini tarik-ulur akibat stigmatisasi oleh oknum. Tidak hanya fakta itu, dalam buku ini juga diungkap, bagaimana alur aksiomatika bahwa K. H. Achmad Dachlan penganut atau sekadar pengamal atau bahkan sebatas terinspirasi tarekat Qadiriyyah-Naqsyabandiyyah. Realitas ini penting untuk digemakan dalam rangka menepis infiltrasi doktrin-doktrin Salafi-Wahhabi ke dalam alam pikiran warga Muhammadiyah. Beberapa tahun belakangan, banyak cendekiawan Muhammadiyah yang bangkit membuat disparitas antara Muhammadiyah dan Salafi-Wahhabi, bahkan mencuat narasi Salafi-Wahhabi merebut masjid-masjid Muhammadiyah.
Persyarikatan Muhammadiyah artinya pergerakan yang berkarakter Muhammad. Bisa dikatakan prophetic movement. Semesta sifat-sifat Nabi Muhammad sangatlah luas berlapis-lapis. Menjadi kenaifan manakala warga Muhammadiyah meninggalkan Sunnah Nabi Muhammad sebagai way of life. Aneh sekaligus absurd warga Muhammadiyah yang mengimpor Salafisme lebih tepatnya Wahhabisme dengan argumentasi Muhammadiyah sudah jauh dari ittiba’. Jangankan dalam hal manhaj, Muhammadiyah saja sejalan dengan para generasi Salaf yang menggaungkan Sufisme.
Ustadz Wahyudi Sarju Abdurrahim, Lc., M.A. melalui kanal resmi yang dikelolanya yakni AlmuflihunTV, “Di dalam Risalah Islam Berkemajuan dijelaskan bahwa Muhammadiyah mengakui tasawuf, artinya tidak anti tasawuf. Hanya di sana disebutkan bahwa tasawuf yang diikuti Muhammadiyah itu bukan tasawuf falsafi bukan pula tasawuf yang berupa thoriqot atau sekolah atau madrosah yang terikat dengan syaikh, murid, suluk dan lain sebagainya. Tapi tasawuf yang dikembangkan atau diakomodir Muhammadiyah adalah tasawuf praktis atau tasawuf akhlaqi yang sifatnya itu terkait dengan ajaran-ajaran praktis yang ada di dalam agama Islam.”
Edisi 1 Surabaya
Alfasyam Jaya Mandiri, 2024
X + 92 hlm : 15 x 21 cm
ISBN:
Pemesanan Buku Cetak (POD): 0859-2478-5142
Pemesanan Buku Digital:
Komentar
Posting Komentar